Blogroll

Selasa, 16 Juli 2013

PEMERIKSAAN FISIK BAGIAN ABDOMEN PADA BAYI DAN BALITA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis yang memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
Abdomen adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bagian dari tubuh yang berada di antara thorax atau dada dan pelvis di hewan mamalia dan vertebrata lainnya. Pada arthropoda, abdomen adalah bagian paling posterior tubuh, yang berada di belakang thorax atau cephalothorax (sefalotoraks). Dalam bahasa Indonesia umum, sering pula disebut dengan perut. Bagian yang ditutupi atau dilingkupi oleh abdomen disebut cavitas abdominalis atau rongga perut.
Sedangkan pengertian dari bayi itu sendiri adalah manusia atau individu yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti. Bayi merupakan makhluk hidup mungil calon manusia yang terbentuk dari pertemuan sperma dan sel telur di dalam rahim seorang wanita. Seorang filsuf Perancis bernama Jean Jacques Rosseau member definisi bayi baru lahir sebagai makhluk tolol yang sempurna, seperti robot atau patung tanpa gerak dan hamper tidak memperlihatkan adanya perasaan. Definisi bayi menurut G. Stanley Hall, seorang Psikolog Amerika, lebih ekstrim lagi. Hall melihat seorang bayi yang baru lahir sebagai makhluk dengan mata juling, perut buncit, kaki bengkok, dengan tangisan suram, dan kulit kemerah-merahan yang keriput. Psikolog lain yang bernama William James sama sekali tidak memberi penghargaan tinggi pada bayi. Beliau mengatakan bahwa bayi tidak lebih dari sebuah makhluk yang punya mata, telinga, hidung, dan kulit, yang bingung merasakan segala sesuatu di sekitarnya. Dan balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun,atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.
Oleh karena itu, pemeriksaan fisik abdomen pada bayi dan balita adalah sebuah proses dari seorang ahli medis yang memeriksa tubuh bayi dan balita untuk menemukan tanda klinis penyakit pada bagian dari tubuh yang berada di antara thorax atau dada dan pelvis yang dilakukan pada individu yang baru lahir sampai umur 12 bulan dan pada periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal.
Pada masa dan periode ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian, oleh  karena itu pemeriksaan fisik yang benar dan teliti sangat perlu diperhatikan. Salah satunya pemeriksaan pada bagian abdomen, karena hasil buruk yang di dapat pada saat pemeriksaan abdomen dapat menjadi indikator terjadinya berbagai bentuk kelainan pada tubuh bayi.



1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat mengetahui dan mengidentifikasi definisi, tekhnik, serta penilaian hasil pemeriksaan fisik bagian abdomen pada bayi dan balita.
1.2.2 Tujuan Khusus
a.       Mengetahui dan memahami definisi dan tujuan serta tekhnik pemeriksaan fisik
b.      Mengetahui dan memahami pemeriksaan fisik bagian abdomen pada bayi
c.       Mengetahui dan memahami pemeriksaan fisik bagian abdomen pada balita




BAB II
ISI

2.1 Pemeriksaan Fisik                            
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya , klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka pemeriksa mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.
Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan kepemeriksaan.
A.    Empat teknik dalam pemeriksaan fisik, yaitu :
1.      Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar pemeriksa dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
2.      Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
·         Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
·         Tangan pemeriksa harus dalam keadaan hangat dan kering
·         Kuku jari pemeriksa harus dipotong pendek.
·         Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
3.      Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Pemeriksa menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
a.       Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
b.      Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.
c.       Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar.
d.      Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.
4.      Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.

Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
a.       Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
b.      Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
c.       Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
d.      Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

B.     Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :
1)      Head to toe (kepala ke kaki)
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum, ektremitas.
2)      ROS (Review of System / sistem tubuh)
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu pemeriksa untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus.
3)      Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982
Pemeriksa mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi : persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual, peran-pola berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola reproduksi, koping-pola toleransi stress, nilai-pola keyakinan.
4)      Doengoes (1993)
            Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan dan cairan, hygiene, neurosensori, nyeri / ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan, seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan / pembelajaran.

2.2 Pemeriksaan Abdomen Pada Bayi
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal. Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
A.    Prinsip Pemeriksaan Pada Bayi Baru Lahir
1.      Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
2.      Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
3.      Pastikan pencahayaan baik
4.      Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa (jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti kembali dengan cepat
5.      Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh

B.     Peralatan Dan Perlengkapan
1.      Kapas
2.      Senter
3.      Termometer
4.      Stetoskop
5.      selimut bayi
6.      bengkok
7.      timbangan bayi
8.      pita ukur/metlin
9.      pengukur panjang badan

C.     Prosedur
1.      Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
2.      Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan, sosial,faktor ibu (maternal),faktor perinatal, intranatal, dan neonatal.
3.      Susun alat secara ergonomis
4.      Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
5.      Memakai sarung tangan
6.      Letakkan bayi pada tempat yang rata

D.    Penilaian Hasil Pemeriksaan Abdomen
1.      Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
2.      Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
3.      Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya
4.      Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten


2.3 Pemeriksaan Abdomen Pada Balita
Pemeriksaan fisik merupakan cara baku untuk diagnosa penyakit, Pemeriksaan penunjang (sederhana-canggih) tidak dapat menggantikan kedudukan pemeriksaan fisik, Urutan proses pemeriksaan tetap diawali anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan dengan petunjuk anamnesis dan PD. Bayi dan anak Tumbuh dan berkembang, perlu perhatian pada PD (Physic Diagnostik). Di daerah terpencil pemeriksaan fisik penyakit hanya dari anamnesis dan PD.
A.    Pemeriksaan fisik bagian abdomen pada balita meliputi:
a)      Inspeksi
·         Normal pada anak, perut agak membuncit oleh karena otot abdomen tipis
·         Distensi abdomen simetris / tidak simetris
·         Umbilikus
b)      Auskultasi
·         Bising Usus (suara peristaltik) terdengar tiap 10 - 30 detik
·         Frekuensi Pada Diare atau hilang pada ileus paralitik atau peritonitis
·         Nada tinggi (metalic sound) pada ileus obstruktif
c)      Perkusi
·         Normal bunyi timpani pada seluruh abdomen kecuali didaerah hati dan limpa
·         Untuk menentukan adanya cairan (asites) atau udara
·         Asites ditentukan dengan :
ü  Shifting Dulness
ü  Undulasi
ü  Batas daerah pekak - timpani
d)     Palpasi
·         Bagian terpenting pada abdomen
·         Nyeri dapat dilihat dari perubahan mimik anak
·         Defans musculair (ketegangan otot perut) peritonitis

B.     Kelainan atau penyakit yang terjadi pada bagian abdomen :
1.      Hati
Pembesaran hati (Hepatomegali) dinyatakan dalam cm dibawah arcus costae.
2.      Limpa
Splenomegali diukur dengan cara Schuffner yaitu dengan menarik garis dari arcus costae - pusat - lipat paha sampai pusat S IV dan sampai lipat paha S VIII.
3.      Massa Intra abdominal
Tumor, Skibala, Hernia


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik abdomen pada bayi dan balita adalah sebuah proses dari seorang ahli medis yang memeriksa tubuh bayi dan balita untuk menemukan tanda klinis penyakit pada bagian dari tubuh yang berada di antara thorax atau dada dan pelvis yang dilakukan pada individu yang baru lahir sampai umur 12 bulan dan pada periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal.
Dalam pemeriksaan fisik pada bayi dan anak ini berbeda dengan orang dewasa seperti posisi untuk berbagai bagian pemeriksaan selama masa bayi dan masa anak-anak awal tidak harus mengikuti posisi seperti pemeriksaan orang dewasa yang di anjurkan. Beberapa bagian dapat dilakukan pada pasien atau pada pengakuan anda dengan posisi bayi terlentang atau duduk. Posisi terlentang pada pemeriksaan meja penting memeriksa abdomen, pinggul, genital, dada rektum serta mulut dan telinga jika bayi sukar kooperatif.
Masa bayi dan anak-anak awal. Tidak ada urutannya khusus kecuali pada pemeriksaan oral dan telinga, abduksi pinggul, dan pemeriksaan rektal (jika diperlukan) harus dilakukan terakhir, karena pemeriksaan ini biasanya membuat bayi menangis. Carilah kesempatan dan dengarkan pada jantung dan paru-paru serta lakukan palpasiabdomen ketika bayi tenang. Masa kanak-kanak akhir. Gunakan pesanan pemeriksaan yang sama seperti pada pemeriksaan orang dewasa, kecuali pada pemeriksaan area yang paling menyebabkan sakit.



3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan maka penyusun mengharapkan kritikan dan saran demi pengembangan penulisan selanjutnya. Dan untuk senantiasa mencari tahu lebih dalam dan memperbaharui pengetahuan mengenai ilmu kebidanan khususnya mengenai pemeriksaan fisik karena ilmu pengetahuan akan terus berkembang dari waktu ke waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar