BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeriksaan
fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis yang memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan
secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota
gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan
seperti test neurologi.
Dengan
petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis
dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar
penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan
dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang
lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan
sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau
pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama
kali.
Abdomen
adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bagian dari tubuh yang
berada di antara thorax atau dada dan pelvis di hewan mamalia dan
vertebrata lainnya. Pada arthropoda, abdomen adalah bagian paling
posterior tubuh, yang berada di belakang thorax atau cephalothorax
(sefalotoraks). Dalam bahasa Indonesia umum, sering pula disebut dengan
perut. Bagian yang ditutupi atau dilingkupi oleh abdomen disebut cavitas
abdominalis atau rongga perut.
Sedangkan
pengertian dari bayi itu sendiri adalah manusia atau individu yang baru
lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti. Bayi
merupakan makhluk hidup mungil calon manusia yang terbentuk dari
pertemuan sperma dan sel telur di dalam rahim seorang wanita. Seorang
filsuf Perancis bernama Jean Jacques Rosseau member definisi bayi baru
lahir sebagai makhluk tolol yang sempurna, seperti robot atau patung
tanpa gerak dan hamper tidak memperlihatkan adanya perasaan. Definisi
bayi menurut G. Stanley Hall, seorang Psikolog Amerika, lebih ekstrim
lagi. Hall melihat seorang bayi yang baru lahir sebagai makhluk dengan
mata juling, perut buncit, kaki bengkok, dengan tangisan suram, dan
kulit kemerah-merahan yang keriput. Psikolog lain yang bernama William
James sama sekali tidak memberi penghargaan tinggi pada bayi. Beliau
mengatakan bahwa bayi tidak lebih dari sebuah makhluk yang punya mata,
telinga, hidung, dan kulit, yang bingung merasakan segala sesuatu di
sekitarnya. Dan balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah
bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai
dengan lima tahun,atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia
24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.
Oleh
karena itu, pemeriksaan fisik abdomen pada bayi dan balita adalah
sebuah proses dari seorang ahli medis yang memeriksa tubuh bayi dan
balita untuk menemukan tanda klinis penyakit pada bagian dari tubuh yang
berada di antara thorax atau dada dan pelvis yang dilakukan pada
individu yang baru lahir sampai umur 12 bulan dan pada periode usia
manusia setelah bayi sebelum anak awal.
Pada
masa dan periode ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga
rentan terhadap kematian, oleh karena itu pemeriksaan fisik yang benar
dan teliti sangat perlu diperhatikan. Salah satunya pemeriksaan pada
bagian abdomen, karena hasil buruk yang di dapat pada saat pemeriksaan
abdomen dapat menjadi indikator terjadinya berbagai bentuk kelainan pada
tubuh bayi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat
mengetahui dan mengidentifikasi definisi, tekhnik, serta penilaian
hasil pemeriksaan fisik bagian abdomen pada bayi dan balita.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi dan tujuan serta tekhnik pemeriksaan fisik
b. Mengetahui dan memahami pemeriksaan fisik bagian abdomen pada bayi
c. Mengetahui dan memahami pemeriksaan fisik bagian abdomen pada balita
BAB II
ISI
2.1 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
fisik digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan
klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara.
Fokus pengkajian fisik adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya
, klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka pemeriksa
mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari atau tidak.
Tujuan
dari pemeriksaan fisik dalam adalah untuk menentukan status kesehatan
klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk
menentukan rencana tindakan kepemeriksaan.
A. Empat teknik dalam pemeriksaan fisik, yaitu :
1. Inspeksi
Inspeksi
adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar
pemeriksa dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien.
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna,
bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan
abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata
kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis),
dan lain-lain.
2. Palpasi
Palpasi
adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan
jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan
data, misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban,
vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
· Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
· Tangan pemeriksa harus dalam keadaan hangat dan kering
· Kuku jari pemeriksa harus dipotong pendek.
· Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
3. Perkusi
Perkusi
adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan)
dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk
mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.
Pemeriksa menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan
suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
a. Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
b. Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.
c. Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar.
d. Hipersonor/timpani
: suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah
caverna paru, pada klien asthma kronik.
4. Auskultasi
Auskultasi
adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut
dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara
nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
a. Rales
: suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus
pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar).
Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
b. Ronchi
: nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun
saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk.
Misalnya pada edema paru.
c. Wheezing
: bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi
maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
d. Pleura
Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan
amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
B. Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :
1) Head to toe (kepala ke kaki)
Pendekatan
ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki.
Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata,
telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung,
abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum, ektremitas.
2) ROS (Review of System / sistem tubuh)
Pengkajian
yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum,
tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem
persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem
muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat
membantu pemeriksa untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu
mendapat perhatian khusus.
3) Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982
Pemeriksa
mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi
kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi :
persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola metabolisme,
pola eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual,
peran-pola berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola
reproduksi, koping-pola toleransi stress, nilai-pola keyakinan.
4) Doengoes (1993)
Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi,
makanan dan cairan, hygiene, neurosensori, nyeri / ketidaknyamanan,
pernafasan, keamanan, seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan /
pembelajaran.
2.2 Pemeriksaan Abdomen Pada Bayi
Kegiatan
ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang bertujuan
untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari
normal. Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik
bayi melakukan penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan
apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi
tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi rendah atau
bayi tampak tidak sehat.
A. Prinsip Pemeriksaan Pada Bayi Baru Lahir
1. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan
2. Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan
3. Pastikan pencahayaan baik
4. Periksa
apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa
(jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan
segera selimuti kembali dengan cepat
5. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh
B. Peralatan Dan Perlengkapan
1. Kapas
2. Senter
3. Termometer
4. Stetoskop
5. selimut bayi
6. bengkok
7. timbangan bayi
8. pita ukur/metlin
9. pengukur panjang badan
C. Prosedur
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan
2. Lakukan
anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan,
sosial,faktor ibu (maternal),faktor perinatal, intranatal, dan neonatal.
3. Susun alat secara ergonomis
4. Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk bersih
5. Memakai sarung tangan
6. Letakkan bayi pada tempat yang rata
D. Penilaian Hasil Pemeriksaan Abdomen
1. Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
2. Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
3. Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya
4. Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus omfaloentriskus persisten
2.3 Pemeriksaan Abdomen Pada Balita
Pemeriksaan
fisik merupakan cara baku untuk diagnosa penyakit, Pemeriksaan
penunjang (sederhana-canggih) tidak dapat menggantikan kedudukan
pemeriksaan fisik, Urutan proses pemeriksaan tetap diawali anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan dengan
petunjuk anamnesis dan PD. Bayi dan anak Tumbuh dan berkembang, perlu
perhatian pada PD (Physic Diagnostik). Di daerah terpencil pemeriksaan
fisik penyakit hanya dari anamnesis dan PD.
A. Pemeriksaan fisik bagian abdomen pada balita meliputi:
a) Inspeksi
· Normal pada anak, perut agak membuncit oleh karena otot abdomen tipis
· Distensi abdomen simetris / tidak simetris
· Umbilikus
b) Auskultasi
· Bising Usus (suara peristaltik) terdengar tiap 10 - 30 detik
· Frekuensi Pada Diare atau hilang pada ileus paralitik atau peritonitis
· Nada tinggi (metalic sound) pada ileus obstruktif
c) Perkusi
· Normal bunyi timpani pada seluruh abdomen kecuali didaerah hati dan limpa
· Untuk menentukan adanya cairan (asites) atau udara
· Asites ditentukan dengan :
ü Shifting Dulness
ü Undulasi
ü Batas daerah pekak - timpani
d) Palpasi
· Bagian terpenting pada abdomen
· Nyeri dapat dilihat dari perubahan mimik anak
· Defans musculair (ketegangan otot perut) peritonitis
B. Kelainan atau penyakit yang terjadi pada bagian abdomen :
1. Hati
Pembesaran hati (Hepatomegali) dinyatakan dalam cm dibawah arcus costae.
2. Limpa
Splenomegali
diukur dengan cara Schuffner yaitu dengan menarik garis dari arcus
costae - pusat - lipat paha sampai pusat S IV dan sampai lipat paha S
VIII.
3. Massa Intra abdominal
Tumor, Skibala, Hernia
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan
fisik abdomen pada bayi dan balita adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis yang memeriksa tubuh bayi dan balita untuk menemukan tanda
klinis penyakit pada bagian dari tubuh yang berada di antara thorax atau
dada dan pelvis yang dilakukan pada individu yang baru lahir sampai
umur 12 bulan dan pada periode usia manusia setelah bayi sebelum anak
awal.
Dalam
pemeriksaan fisik pada bayi dan anak ini berbeda dengan orang dewasa
seperti posisi untuk berbagai bagian pemeriksaan selama masa bayi dan
masa anak-anak awal tidak harus mengikuti posisi seperti pemeriksaan
orang dewasa yang di anjurkan. Beberapa bagian dapat dilakukan pada
pasien atau pada pengakuan anda dengan posisi bayi terlentang atau
duduk. Posisi terlentang pada pemeriksaan meja penting memeriksa
abdomen, pinggul, genital, dada rektum serta mulut dan telinga jika bayi
sukar kooperatif.
Masa
bayi dan anak-anak awal. Tidak ada urutannya khusus kecuali pada
pemeriksaan oral dan telinga, abduksi pinggul, dan pemeriksaan rektal
(jika diperlukan) harus dilakukan terakhir, karena pemeriksaan ini
biasanya membuat bayi menangis. Carilah kesempatan dan dengarkan pada
jantung dan paru-paru serta lakukan palpasiabdomen ketika bayi tenang.
Masa kanak-kanak akhir. Gunakan pesanan pemeriksaan yang sama seperti
pada pemeriksaan orang dewasa, kecuali pada pemeriksaan area yang paling
menyebabkan sakit.
3.2 Saran
Makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan dan
ketrampilan maka penyusun mengharapkan kritikan dan saran demi
pengembangan penulisan selanjutnya. Dan untuk senantiasa mencari tahu
lebih dalam dan memperbaharui pengetahuan mengenai ilmu kebidanan
khususnya mengenai pemeriksaan fisik karena ilmu pengetahuan akan terus
berkembang dari waktu ke waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar